Batik Sragen
a. Sejarah Batik Sragen
Dahulu
banyak juragan batik disolo yang
memperkerjakan pembatik-pembatik yang berasal dari Sragen. Selain si pembatik
asal Sragen yang kerja langsung ke pabrik juragan batik disolo, Ada juga yang
polanya sanggan yaitu membawa bahan batik dari juragan Batik Solo lalu dibawa
pulang dan dikerjakan di rumah masing-masing di Sragen. Pada tahun 60-an
ada beberapa perajin batik asal Desa Kliwonan dan Desa Pilang yang mencoba
membuka usaha batik sendiri di rumah. Ternyata usaha yang dirintis mereka cukup berhasil, kemudian
banyak tetangga-tetangga yang ikut mencoba membuka usaha batik. Pada tahun
1990-an eksistensi usaha batik ini semakin kuat, mengalami trend meningkat dan
terus berkembang hingga sekarang ini. Para pembatik ini memiliki kemampuan membatik yang diturunkan dari para
orang tua mereka, turun menurun dari generasi ke generasi, didesa ini banyak
dilihat anak-anak kecil yang sudah bisa membatik.
b. Gaya / Motif khas Batik Sragen
Awalnya gaya batik Sragen memang identik
dengan gaya solo, Dari semula identik dengan gaya Solo, Gaya batik Sragen
sekarang sudah mulai menemukan ciri khas sendiri, untuk sekarang ini batik khas
Sragen umumnya menerapkan kombinasi motif baku semisal parang, sidoluhur,
sidomukti, kawung, sekarjagad, babon angrem, srikaton, wahyu tumurun dan lain
sebagainya dipadukan dengan corak flora dan fauna. Akhir-akhir
ini beberapa perajin mulai mencoba menciptakan motif baru yang isinya merekam
aktivitas keseharian masyarakat. Guratan motif batik Sragen ini cenderung makna
secara tegas. Selain itu warna-warna batik Sragen juga lebih
bervariatif. Tidak cuma warna gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti
hijau, merah, pink, biru, ungu. Batik sragen juga dikenal dengan batik gaya
lawasan. Maksudnya membuat batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau
ratusan tahun, terkesan kuno dan antik. Ini mirip teknik retro di bidang mebel,
memproduksi barang dari bahan baku yang berumur muda dibuat dan difinishing
sedemikian rupa hingga seolah-olah antik.
c.
Pemasaran Batik Sragen
Untuk pemasaran batik banyak perajin yang sudah mampu
menembus pasar luar negeri. Misalnya Malaysia, Jepang, Singapura, Brunei,
beberapa negara Eropa, dan sebagian kecil ke Amerika. Sedangkan untuk pasar
dalam negeri lebih besar lagi, dapat dikatakan sudah ke seluruh Indonesia.
Banyak juga perajin yang menjadi supplier tetap untuk seragam Pemda di Luar
Jawa, misalnya disumatra Jambi, Papua, Kalimantan Timur, dan lain-lain. Ada
juga yang menjadi pembuat seragam batik untuk berbagai perusahaan swasta.
Rumah Produksi Batik Tulis “ DEWI RATIH ”
a.
Profil Rumah Produksi “ DEWI
RATIH”
Beralamat di dusun Jantran Rt/Rw 26/05 desa
Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Berdiri pada tahun 1996, yang
didirikan oleh Alm.Kartowiyardi, yang sekarang dikelola oleh anaknya yang
bernama Wartitik (44), Kerajinan batik yang
dimiliki Ibu Wartitik ini mengerjakan batik tulis dan cap manual maupun
kombinasi antara cap dan tulis.
b.
Manajemen
Rumah Produksi “ DEWI
RATIH”
Usaha ini dikelola oleh keluarga, maka sistem
manajemen diatur berdasarkan musyawarah secara kekeluargaan, ibu wartitik
sebagai pemimpinnya, rumah produksi ini, mempunyai 6 orang desainer yang
sekaligus sebagai tukang celup (pewarnaan) dan 30 pembatik yang berasal dari
warga desa pilang dan sekitarnya.
c.
Produk yang
dihasilkan Rumah
Produksi “ DEWI RATIH”
Produk yang dihasilkan kebanyakan batik tulis,
kira-kira perhari rumah produksi ini melakukan pencelupan sebanyak 200 potong
kain, untuk batik cap
tidak ditargetkan setiap harinya, Selain bahan pakaian batik, rumah
produksi ini juga menghasilkan pakaian jadi antara lain kemeja dan blues.
d.
Proses
Pembatikan
1. Bahan dan material batik
Kain yang banyak dipakai sebagai bahan kain batik adalah
kain yang dibuat dengan menggunakan bahan alami seperti katun dan sutera,
tetapi dengan kemajuan teknologi batik juga dapat menggunakan kain-kain
berbahan benang sintetis. bahan-bahan lokal dan menghasilkan kain yang bermutu
dan sering disebut kain primissima. Kain primisima ini terdapat beberapa
merek antara lain Tjap Kreta Kentjana, Tjap Gong, Tjap Tari Koepoe, dan Tjap
Tjanting Mas. Pada periode lebih kemudian banyak dipakai juga kain-kain
sintetis seperti polyester, polyamide, dan lycra. Pembatikan
dengan menggunakan kain sintetis kemudian juga memunculkan teknik dan warna
sintetis pula.
Untuk membatik diperlukan bahan penyekat/pembatas media
dan warna kain yang dikehendaki yaitu Lilin Batik. lilin-batik, fungsinya untuk
mengisi bidang kain yang tidak ingin diwarnai dalam pewarnaan/pencelupan.
Bahannya dibuat dari campuran parafin, kote, gondorukem, getah damar, lilin
mentah, dan minyak kelapa atau lemak binatang.
Lilin
batik sesuai dengan pemakaiannya dibedakan menjadi beberapa macam.
a.
lilin klowong,
fungsinya untuk membuat garis-garis dasar motif batik yang akan dibuat (sket
dasar), prosesnya disebut nglowong.
b.
lilin tembokan, untuk
membatasi batas tepian yang ingin dipertahankan warna kainnya.
c.
lilin biron, yaitu
lilin yang dipakai untuk menutup bidang kain yang akan diberi warna biru (mbironi)
Bahan lilin ini kemudian juga dibedakan menjadi dua
sesuai dengan alat yang dipakai untuk membatik yaitu lilin tulis dan lilin cap.
Lilin tulis dipakai untuk membatik dengan alat tulis yang disebut canthing
tulis. Lilin cap dipakai untuk membatik dengan memakai alat semacam stempel
dari logam yang sudah terdapat motif-motif batiknya, maka disebut canthing
cap.
Selain kain dan bahan pembatas, bahan lain yang
diperlukan yaitu pewarna. Pewarna ada dua macam yaitu pewarna alami dan
kimiawi. Pewarna alami diperoleh dari daun-daunan, kulit kayu, akar-akaran, dan
umbi-umbian tertentu. Misalnya warna biru dan biru kehitaman diperoleh dari
daun melinjo (indigo), warna merah dari buah pace/mengkudu, kunyit untuk
warna kuning, dan getah tingi untuk mendapatkan warna merah kecoklatan.
Semua warna itu menggunakan bahan-bahan yang mudah dan tersedia di lingkungan
sekitar proses pembatikan.
Warna sintetis/buatan pabrik harus didatangkan dari
negara-negara yang mampu memproduksi pewarna kain. Beberapa di antaranya yaitu
Jerman menghasilkan pewarna merek HOECHST, Inggris merek ICI, Swiss merek CIBA.
Merek FRANCOLOR diproduksi di Perancis, DU PONT di USA, dan ACNA di Italia.
2. Proses Membatik
Proses membatik pada dasarnya mempunyai tahapan yang
hampir sama, kalaupun kadang-kadang terdapat perbedaan proses, hal ini lebih
berkaitan dengan jenis batik yang akan dihasilkan. Prosesnya meliputi
tahapan-tahapan berikut.
a.
Mbatik, yaitu
menggambari desain dasar pada kain dengan lilin menggunakan alat yang disebut
canthing.
b.
Nembok, yaitu
memberikan batas-batas antara bagian dari desain yang akan meninggalkan warna
asli kain nantinya menggunakan lilin batik.
c.
Medel, pewarnaan
dasar biru
d.
Ngerok dan
nggirah, yaitu proses pembersihan lilin dari bagian-bagian yanag akan
diberi warna coklat (soga) dengan cara mengerok dan mencuci (dengan air
dingin).
e.
Mbironi, pemberian
warna biru pada bagian-bagian yang diberi warna biru
f.
Nyoga, pewarnaan
kain pada tong/tangki perebus soga
g.
Nglorod, pembersihan
seluruh batik dari permukaan kain dengan menggunakan air panas (direbus). Ini
merupakan proses terakhir dari pembuatan kain batik.
Perhatian
Pemerintah Kabupaten Sragen Terhadap Industri Batik
Pemerintah Kabupaten Sragen telah banyak
melakukan bantuan maupun pembinaan untuk perajin batik. Mulai dari permodalan,
bantuan peralatan, maupun berbagai pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas batik. Pemasaran batik juga dibantu lewat berbagai pameran yang
difasilitasi pemerintah, hal ini untuk mendorong industri batik rakyat agar
dapat terus eksis, berkembang.
Untuk menjaga lingkungan produksi batik agar
tidak tercemar Pemerintah Kabupaten Sragen membangunan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) di Desa Kliwonan. IPAL ini dibangun sebagai sarana untuk mencegah
dan mengurangi paparan limbah hasi kegiatan industri batik, selain hal itu
pemerintah juga memperhatikan upaya-upaya pelestarian lingkungan. Saat ini
jaringan pipa induk IPAL sudah selesai dan tinggal menunggu penyelesaian
pembangunan instalasi pengolahannya.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Artikel | Kerajinan Batik Sragen | Jawa Tengah di blog Makalah Pendidikan Seni Rupa | Artikel Seni Budaya jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.